Kamis, 12 April 2012

LAPORAN KEUANGAN, ARUS KAS, DAN PERPAJAKAN


Laporan Keuangan adalah beberapa lembar kertas dengan angka-angka yang tertulis di atasanya, tetapi penting juga untuk memikirkan aset-aset nyata yang mendasari angka-angka tersebut (Bringham). Laporan keuangan, melaporkan prestasi historis dari suatu perusahaan dan memberikan dasar, bersama dengan analisis bisnis dan ekonomi, untuk membuat proyeksi dan peramalan untuk masa depan.

LAPORAN KEUANGAN DAN LAPORAN-LAPORAN LAINNYA
Dari bermacam-macam laporan yang diterbitkan perusahaan untuk para pemegang sahamnya, laporan tahunan mungkin yang paling penting. Dua  jenis informasi yang diberikan dalam laporan ini adalah yang pertama yaitu bagian verbal, sering kali disajikan sebagai surat dari dirut yang menguraikan hasil operasi perusahaan selama tahun lalu dan membahas perkembangan baru yang akaan memengaruhi operasi perusahaan di masa datang. Kedua,  laporan tahunan menyajikan empat laporan keuangan dasar. Yaitu, neraca, laporan laba rugi, laporaan laba ditahan, laporan arus kas.
Materi kuantitatif dan verbal adalah sama pentingnya. Laporan keuangan melaporkan apa yang sebenarnya telah terjadi pada aset, laba, dan dividen selama beberapa tahun terakhir. Sedangkan laporan verbal bermaksud menjelaskan mengapa keadaan seperti itu terjadi.
Dalam setiap peristiwa informasi yang dikandung dalam sebuah  laporan tahunan akan digunakan oleh para investor untuk membantunya membuat ekspektasi tentang laba dan deviden di masa mendatang

NERACA
Sebuah laporan tetang posisi keuangan perusahaan pada suatu titik waktu tertentu. Sisi sebelah kiri neraca menunjukan aktiva perusahaan, sisi sebelah kanan menujukan kewajiban dan ekuitas, atau klaim terhadap aktiva-aktivanya. Aktiva disusun menurut urutan “likuiditasnya” atau jumlah waktu umumnya dibutuhkan untuk mengubahnya menjadi uang kas.  Klaim disusun menurut urutan kapan klaim tersbut harus dibayar.
Beberapa hal tambahan tentang neraca yang layak dicatat :
1.      Kas vs Aktiva Lain-Lain
Meskipun aktiva seluruhnya dalam bentuk dolar akan tetapi hanya kas yang mencerminkan uang yang nyata.
Piutang adalah tagihan-tagihan pihak lain yang berhutang pada perusahaan.
Persediaan menunjukkan jumlah dolar yang diinvestasikan perusahaan dalam bahan baku, barang dalam proses, dan barang jadi yang tersedia untuk dijual. Kemudiahn pabrik dan peralatan bersih mencrminkan jumlah uang yang dibayarkan oleh perusahaan untuk aktiva-aktiva tetapnya ketika membeli aktiva tersebut di masa lalu, dikurangi akumulasi depresiasi. Aktiva non kas seharusnya pada akhiranya menghasilkan kas, tetapi tidak mencerminkan kas yang tersedia, dan jumlah kas yang akan diberikan jika aktiva tersebut dijual saat ini dapat memiliki nilai yang lebih tinggi atau lebih rendah daripada nilai yang tercatat dalam buku.


2.      Kewajiban vs Ekuitas Pemegang Saham
Klaim terhadap aktiva terdiri atas dua jenis kewajiban (sejumlah uang yang menjadi utang perusahaan) dan posisi kepemilikan saham. Ekuitas pemegang saham biasa (common stock holder equity) atau nilai kekayaan bersih (network),  adalah nilai sisa. Ekuitas pemegang saham biasa adalah modal yang diberikan oleh pemegang saham biasa- saham biasa, modal disetor, laba ditahan dan kadang-kadang, cadangan tertentu. Ekuitas total adalah ekuitas biasa plus referen.
3.      Saham Preferen vs Saham Biasa
Saham preferen adalah suatu hibrida, atau persilangan antara saham biasa dan hutang.
4.      Perincian Akun-Akun Ekuitas Biasa
Bagian ekuitas dibagi manjadi dua akun yaitu saham biasa dan laba ditahan. Akun laba ditahan atau saldo laba akan meningkat seiring dengan waktu ketika perusahaan “menabung” sebagian keuntungannya daripada membayarkannya sebagai deviden. Laba ditahan adalah bagian dari keuntungan perusahaan yang disimpan daripada dibayarkan sebagai deviden.
5.      Akuntansi Persediaan
Akuntansi persediaan menggunakan 2 metode yaitu : FIFO (first in first out) dan LIFO (last in first out).
6.      Metode Depresiasi
Kebanyakan perusahaan menyiapkan 2 set laporan keuangan yaitu untuk tujuan perpajakan dan pelaporan terhadap pemegang saham.
7.      Dimensi Waktu
Neraca dapat dijelaskan sebagai suatu potret dari posisi keuangan perusahaan pada suatu titik waktu tertentu.

LAPORAN LABA-RUGI
Laporan Laba Rugi adalah laporan yang mengikhtisarkan pendapatan dan pengeluaran perusahaan selama 1 periode akuntansi, yang biasanya setiap 1 kuartal atau 1 tahun. Pada laporan laba rugi dapat dilihat bahwa depresiasi dan amortisasi merupakan komponen penting dari total biaya operasional. Depresiasi adalah pembebanan tahunan terhadap laba yang mencerminkan estimasi biaya dari peralatan modal yang digunakan dalam proses produksi. Depresiasi adalah penyusutan aktiva berwujud sedangkan amortisasi adalah penyusutan aktiva tidak berwujud.

LAPORAN LABA DITAHAN
Laporan Laba Ditahan adalah pernyataan yang melaporkan berapa banyak laba perusahaan yang ditahan dalam usahanya dan tidak dibayarkan kedevidennya. Jadi, laba ditahan seperti yang dilaporkan pada neraca tidak benar-benar mencerminkan kas dan tidak tersedia untuk pembayaran deviden atau apapun.

ARUS KAS BERSIH
Arus kas bersih adalah arus kas aktual yang dihasilkan oleh perusahaan selama 1 periode tertentu. Arus kas penting karena deviden harus dibayarkan secara tunai dan karena kas diperlukan untuk membeli aktiva yang dibutuhkan untuk melanjutkan operasi. Suatu arus kas bersih berbeda dari laba akuntansi (laba bersih perusahaan seperti yang dilaporkan pada laporan laba ruginya) hubungan antara arus kas bersih dan laba bersih dinyatakan sebagai berikut :
  Arus Kas Bersih = Laba Bersih – Pendapatan Nonkas + Beban Nonkas (*ex. Pajak Tangguhan)

Umumnya, depresiasi dan amortisasi sering kali adalah pos nonkas terbesar, dan dikebanyakan kasus pos-pos nonkas yang lainnya secara kasar akan saling menghilangkan menjadi nol. Untuk alasan ini, kebanyakan analis berasumsi bahwa :
            Arus Kas Bersih = Laba Bersih + Depresiasi dan Amortisasi

Depresiasi adalah suatu beban nonkas, sehingga harus ditambahkan kembali kelaba bersih untuk mendapatkan arus kas bersih.

LAPORAN ARUS KAS
Faktor yang akan mempengaruhi posisi kas perusahaan dan dilaporkan pada neraca adalah
1.      Arus kas
Jika hal-hal lain dianggap konstan, arus kas positif akan mengarah pada lebih banyak kas di dalam bank.
2.      Perubahan dalam modal kerja
Modal bersih didevinisikan sebagai aktiva lancar – kewajiban lancar.
3.      Aktiva tetap
Jika sebuah perusahaan berinvestasi pada aktiva tetap hal ini akan mengurangi posisi kasnya. Di sisi lain, penjualan dari aktiva tetap akan meningkatkan kas.
4.      Transaksi sekuritas dan pembayaran deviden
Jika sebuah perusahaan menerbitkana saham atau obligasi selama tahun berjalan dana yang dikumpulakan akan meningkatkan posisi kasnya. Di sisi lain, jika perusahaan menggunakan kasnya untuk membeli kembali utang atau ekuitas yang masih beredar, atau membayar deviden kepada sahamnya hal ini akan menurun kas.

Laporan arus kas memisahkan aktivitas-aktivitas menjadi 3 kategori :
1.      Aktivitas operasi, meliputi laba bersih, depresiasi, dan perubahan dalam aktiva lancar dan kewajiban lancar di luar kas dan utang jangka pendek.
2.      Aktivitas investasi, meliputi investasi atau penjualan aktiva tetap.
3.      Aktivitas pendanaan, meliputi kas yang dihimpun selama tahun berjalan dengan menerbitkan utang jangka pendek, jangka panjang, atau saham.

MEMODIFIKASI DATA AKUNTANSI UNTUK PENGAMBILAN KEPUTUSAN MANAJERIAL

Aktiva Operasi dan Modal Operasi
Untuk menilai kinerja manajerial kita perlu untuk membandingkan kemampuan para manager dalam mengahasilkan laba operasi (atau EBIT) dengan aktiva operasi yang ada berada di bawah kendali mereka.
Langkah pertama dalam memodifikasi kerangka kerja akuntansi tradisional adalah dengan membagi total aktiva menjadi 2 kategori yaitu : Aktiva operasi adalah kas dan sekuritas, piutang, persediaan, dan aktiva tetap yang dibutuhkan untuk mengoperasikan bisnis. Aktiva non operasi adalah kas dan sekuritas di atas tingkat yang dibutuhkan untuk operasi normal, investasi di anak perusahaan, tanah yang dimiliki untuk penggunaan di masa mendatang, dan aktivasa tidak penting lainnya. Langkah selanjutnya aktiva operasi dibagi lagi menjadi modal kerja dan aktiva tetap seperti pabrik dan peralatan. Aktiva lancar yang digunakan dalam operasi disebut sebagai modal kerja operasi. Modal kerja operasi bersih merupakan seluruh aktiva lancar yang dikurangi seluruh kewajiban yang tidak dikenakan bunga. 
Laba Operasi Bisni Setelah Pajak (NOPAT)

Jumlah laba yang dihasilkan oleh perusahaan jika tidak memiliki utang dan aktiva non operasi. NOPAT dinyatakan:
NOPAT=EBIT (1-Tarif Pajak)

Arus Kas Bebas (FCF)

Arus kas yang benar-benar tersedia untuk didistribusikan kepada seluruh infestor setelah perusahaan menempatkan seluruh investasinya pada aktiva tetap, produk-produk baru, dan modal kerja yang dibutuhkan untuk memertahankan operasi yang sedang berjalan.
Menghitung Arus Kas Bebas
FCF=Arus Kas Operasi – Infestasi Bruto pada Modal Operasi
รณ
FCF=NOPAT – Investasi Bersih pada Modal Operasi

MVA dan EVA
Dua ukuran kinerja yang dikembangkan oleh analisis keuangan adalah;
Nilai Tambah Pasar (MVA)
Perbedaan antara nilai pasar saham perusahaan dengan jumlah ekuitas modal investor yang telah diberikan.
MVA= Nilai pasar dari Saham – Ekuitas modal yang diberikan oleh pemegang saham
= (saham beredar)(Harga saham) – Total ekuitas saham biasa

Nilai Tambah Ekonomi (EVA)
Nilai yang ditambakan oleh manajemen pada pemegang saham selama satu tahun tertentu.
EVA = NOPAT – Biaya modal operasi setelah pajak dalam dolar
= EBIT (1 – T) – [(Total modal operasi yang diberikan oleh investor) x
(presentase biaya modal setelah pajak)]
SISTEM PAJAK PENGHASILAN FEDERAL
Pajak Penghasilan Perusahaan
Struktur pajak perusahaan adalah bersifat progresif di mana tarif yang lebih tinggi akan dikenakan untuk perusahaan-perusahaan dengan laba yang lebih tinggi.
Pajak Penghasilan Perorangan
Perseorangan juga dikenakan pajak atas penghasilan kena pajak oleh pemerintah federal dengan tarif yang dimulai dari 10 persen dan naik hingga 38,6% untuk penghasilan sebesar $307.050 atau lebih tinggi.
Bunga yang Dibayarkan
Bagi sebuah perusahaan bisnis, pembayaran bunga dapat dianggap sebagai suatu pengeluaran, dan dapat dikurangi ketika memerhitungkan penghasilan kena pajak.
Bunga yang Diterima
Kebanyakan bunga yang diterima, baik oleh bisnis maupun individual, adalah penghasilan kena pajak, dan karenannya menjadi subjek dari pajak penghasilan. Pengecualian penting adalah bahwa bunga dari kebanyaakn utang negara bagian dan pemerintah dibebaskan dari pajak-pajak federal.
Dividen yang Dibayarkan
Perusahaan memebayarkan bunga dari penghasilan sebelum pajak, tetapi membayarkan dividen dari penghasilan setelah pajak.
Deviden yang Diterima
Perusahaan yang menerima pendapatan dividen dapat mengecualikan beberapa pendapatan tersebur dari pajak penghasilan. Ketentuan ini diatur dalam peraaturan pajaak untuk meminimalkan jumlah pengenaan pajak tiga kali yang mungkin terjadi – sebuah perusahaan akan membayarkan dividen dari laba setelah pajaknya, perusahaan kedua akan dikenakan pajak lagi, dan orang yang menerima dividen dari perusahaan kedua juga dikenai pajak.
Kerugian Pajak yang Dibebankan ke Belakang atau Dibebankan ke Depan
Laba perusahaan sering kali mengalami fluktuasi dari tahun ke tahun, sehingga di tahun perusahaan dapat dikenakan tarif sebesar 40 persen dan ternyata kemungkinan di tahun berikutnya mengalami kerugian besar, sehingga mengakibatkan perusahaan tidak perlu membayarkan pajak.
Keuntungan Modal
Keuntungan modal secaraa umu dapat didefiniskan sebagai keuntungan dari penjualan aktiva yang secara normal tidak dibeli dan dijual dalam operasi bisnis perusahaan.
Depresiasi
Deprisiasi garis lurus dapat didefinisikan apabila sebuah perusahaan akan mengestimsaikan kemungkinan tahun penggunaan secara aktual, membagi biaya dengan jumlah tahun, dan membebankan nilai yang diperhitungkan sebagai biaya dalam laporan laba rugi setiap tahunnya.

Usaha-usaha Kecil
Jika sebuah bisnis dioperasikan sebagai kepemilikan perseorangan atau persekutuan, maka labanya akan dialokasikan kepada para pemiliknya sesuai dengan proporsi dari masing-masing kepemilikannya.

Kecurangan Akuntansi
KASUS DI AMERIKA (KASUS COSO)
Kronologi kejadian S&Ls
·         1932: UU Bank Pinjaman Rumah Federal (Federal Home Loan Bank Act) mendirikan Federal Home Loan Bank Board (FHLBB)
·         1933: UU Kepemilikan rumah (Home Owner’s Act), mendorong kepemilikan rumah melalui dana hipotik yang ditawarkan oleh asosiasi Savings & Loans (S&L) yang diatur oleh FHLBB
·         1934: UU Perumahan Nasional (National Housing Act) membuat perusahaan asuransi FSLIC (Federal Savings and Loans Insurance Corporation) untuk mengasuransikan deposito/ tabungan di institusi S&L
·         1960s: Kongres Menerapkan Regulation Q kepada industri S&L untuk menetapkan batasan tingkat bunga yang dapat dibayarkan S&L kepada para depositornya.
·         1970s: Kongres mengatur kembali tentang tingkat bunga S&L dan meliberalkan peraturan yang mengatur tentang di sektor apa saja S&L dapat berinvestasi
·         November 1980: Kongres memperbolehkan beberapa S&L untuk menaruh/ menginvestasikan uangnya pada sektor pengembangan properti dan aktivitas-aktivitas beresiko lainnya
·         September 1981: FHLBB memperkenalkan berbagai aturan dan perubahan akuntansi untuk membuat kondisi keuangan S&L kelihatan lebih baik, termasuk membiarkan penundaan kerugian penjualan aset sampai dengan periode sepuluh tahun, dan penerbitan sertifikat modal yang secara palsu/ semu meningkatkan kapitalisasi.
·         Juli 1982: FHLBB memperbolehkan S&L untuk mengamortisasi “supervisory goodwill” selama periode s.d. 40 tahun. Naik dari batasan aslinya selama 10 tahun
·         1984: S&Ls mulai kolaps
·         1992 COSO menyusun dan menerbitkan Internal Control-Integrated Framework yang terdiri dari 5 komponen (lingkungan pengendalian, penilaian resiko, aktivitas pengendalian, informasi dan komunikasi ,serta monitoring).
·         1994 Framework tersebut diamandemen sehingga ruang lingkupnya lebih luas, mencakup management report on internal control.
·         2000-an skandal (kecurangan) dan kegagalan bisnis kelas atas kembali terkuak yang melibatkan perusahaan-perusahaan besar seperti Enron (Kecurangannya berupa menyatakan terlalu rendah/ understating liability atau expense)
·         2001, ketika terungkapkan bahwa kondisi keuangan yang dilaporkannya didukung terutama oleh penipuan akuntansi yang sistematis, terlembaga, dan direncanakan secara kreatif.
·         2002, skandal akuntansi membawa Peregrine kedalam kebangkrutan dan menghasilkan tuduhan/ dakwaan kriminal untuk 11 manajer senior.
·         2003, Peregrine didakwa telah melakukan kecurangan besar-besaran (massive fraud) oleh SEC dengan cara memalsukan penjualan dan meningkatkan penjualan, kemudian menutup skema dengan menyembunyikan kerugian sebagai “biaya goodwill terkait dengan akuisisi”.

KASUS DI INDONESIA (GAYUS TAMBUNAN)
Tudingan adanya praktek mafia hukum di tubuh Polri dalam penanganan kasus money laundring oknum pegawai pajak bernama Gayus Halomoan Tambunan semakin melebar. Tak hanya Polri dan para penyidiknya, Kejaksaan Agung dan tim jaksa peneliti pun turut gerah dengan tudingan Susno Duadji yang mulai merembet ke mereka. Mereka (tim jaksa peneliti) pun bersuara mengungkap kronologis penanganan kasus Gayus, berikut adalah kronologis versi tim peneliti kejaksaan agung.
Kasus bermula dari kecurigaan Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) terhadap rekening milik Gayus di Bank Panin. Polri, diungkapkan Cirrus Sinaga, seorang dari empat tim jaksa peneliti, lantas melakukan penyelidikan terhadap kasus ini. Tanggal 7 Oktober 2009 penyidik Bareskrim Mabes Polri menetapkan Gayus sebagai tersangka dengan mengirimkan Surat Pemberitahuan Dimulainya Penyidikan (SPDP). Dalam berkas yang dikirimkan penyidik Polri, Gayus dijerat dengan tiga pasal berlapis yakni pasal korupsi, pencucian uang, dan penggelapan. “Karena Gayus seorang pegawai negeri dan memiliki dana Rp. 25 miliar di Bank Panin. Kok bisa pegawai negeri yang hanya golongan III A punya uang sebanyak itu,” kata Cirrus mengungkap alasan mengapa awalnya Gayus dijerat tiga pasal berlapis.
Seiring hasil penelitian jaksa, hanya terdapat satu pasal yang terbukti terindikasi kejahatan dan dapat dilimpahkan ke Pengadilan, yaitu penggelapannya. Itu pun tidak terkait dengan uang senilai Rp.25 milliar yang diributkan PPATK dan Polri itu. Untuk korupsinya, terkait dana Rp.25 milliar itu tidak dapat dibuktikan sebab dalam penelitian ternyata uang sebesar itu merupakan produk perjanjian Gayus dengan Andi Kosasih. Pengusaha garmen asal Batam ini mengaku pemilik uang senilai hampir Rp.25 miliar di rekening Bank Panin milik Gayus.
“Ada perjanjian tertulis antara terdakwa dan Andi Kosasih. Ditandatangani 25 Mei 2008,” kata dia. Menurut Cirrus keduanya awalnya berkenalan di pesawat. Kemudian keduanya berteman karena sama-sama besar, tinggal dan lahir di di Jakarta Utama. Karena pertemanan keduanya, Andi lalu meminta gayus untuk mencarikan tanah dua hektar guna membangun ruko di kawasan Jakarta Utara.
Biaya yang dibutuhkan untuk pengadaan tanah tersebut sebesar US$ 6 juta. Namun Andi, dikatakan Cirus baru menyerahkan uang sebesar US$ 2.810.000. Andi menyerahkan uang tersebut kepada Gayus melalui transaksi tunai di rumah orang tua istri Gayus lengkap dengan kwitansinya, sebanyak enam kali yaitu pada pada 1 juni 2008 sebesar US$ 900.000 US dolar, kemudian 15 September 2008 sebesar US$ 650.000, 27 Oktober 2008 sebesar US$ 260.000, lalu pada 10 November 2008 sebesar US$ 200.000, 10 Desember 2008 sebesar US$ 500.000, dan terakhir pada 16 Februari 2009 sebesar US$ 300.000.
“Andi menyerahkan uang karena dia percaya dengan Gayus. Dalam bisnis hanya diperlukan kepercayaan,” kilah Cirrus menanggapi mengapa Andi dapat menyerahkan uang sebanyak itu kepada Gayus. Sementara untuk money laundringnya, dikatakan Cirrus itu hanya tetap menjadi dugaan sebab Pusat pelaporan analisis dan transaksi keuangan (PPATK) sama sekali tidak dapat membuktikan uang senilai Rp 25 milliar itu merupakan uang hasil kejahatan pencucian uang (money laundring).
PPATK sendiri telah dihadirkan dalam kasus itu sebagai saksi. “Jadi waktu itu hanya dikatakan ada dugaan melawan kepemilikan, uang itu pidana. Dalam proses perkara itu, PPATK tidak bisa membuktikan transfer rekening yang yang diduga tindak pidana,” ujarnya.
Dari perkembangan proses penyidikan kasus tersebut, dikatakannya, ditemukan juga adanya aliran dana senilai Rp 370 juta di rekening lainnya di bank BCA milik Gayus. Uang itu diketahui berasal dari dua transaksi dari PT.Mega Cipta Jaya Garmindo. PT. Mega Cipta Jaya Garmindo dimiliki oleh pengusaha Korea, Mr. Son dan bergerak di bidang garmen. Transaksi dilakukan dalam dua tahap yaitu pada 1 September 2007 sebesar Rp 170 juta dan 2 Agustus 2008 sebesar Rp 200 juta.
Setelah diteliti dan disidik, uang itu diketahui bukan merupakan korupsi dan money laundring juga. “Bukan korupsi, bukan money laundering, tapi penggelapan pajak murni. Itu uang untuk membantu pengurusan pajak pendirian pabrik garmen di Sukabumi. Tapi setelah dicek, pemiliknya Mr Son, warga Korea, tidak tahu berada di mana. Tapi uang masuk ke rekening Gayus. Tapi ternyata dia nggak urus (pajaknya). Uang itu tidak digunakan dan dikembalikan, jadi hanya diam di rekening Gayus,” jelas Cirrus. Berkas P-19 dengan petujuk jaksa untuk memblokir dan kemudian menyita uang senilai Rp 370 juta itu. Dalam petunjuknya itu, jaksa peneliti juga meminta penyidik Polri menguraikan di berkas acara pemeriksaan (BAP) keterangan itu beserta keterangan tersangka (Gayus T Tambunan).
“Kapan diberikan uang itu,” ujarnya. Dugaan penggelapan yang dilakukan Gayus itu, diungkapkan Cirrus terpisah dan berbeda dasar penanganannya dengan penanganan kasus money laundring, penggelapan dan korupsi senilai Rp 25 milliar yang semula dituduhkan kepada Gayus. Cirrus dan jaksa peneliti lain tidak menyinggung soal Rp 25 milliar lainnya dari transaksi Roberto Santonius, yang merupakan seorang konsultan pajak. Kejaksaan pun tak menyinggung apakah mereka pernah memerintahkan penyidik Polri untuk memblokir dan menyita uang dari Roberto ke rekening Gayus senilai Rp 25 juta itu.
Sebelumnya, penyidik Polri melalui AKBP Margiani, dalam keterangan persnya mengungkapkan jaksa peneliti dalam petunjuknya (P-19) berkas Gayus memerintahkan penyidik untuk menyita besaran tiga transaksi mencurigakan di rekening Gayus. Adapun tiga transaksi itu diketahui berasal dari dua pihak, yaitu Roberto Santonius dan PT. Mega Jaya Citra Termindo. Transaksi yang berasal dari Roberto, yang diketahui sebagai konsultan pajak bernilai Rp 25 juta, sedangkan dari PT. Mega Jaya Citra Termindo senilai Rp 370 juta. Transaksi itu terjadi pada 18 Maret, 16 Juni, dan 14 Agustus 2009. Uang senilai Rp 395 juta itu disita berdasarkan petunjuk dari jaksa peneliti kasus itu. Penanganan kasus Gayus sendiri bermula ketika PPATK menemukan adanya transaksi mencurigakan pada rekening Gayus T Tambunan. PPATK pun meminta Polri menelusurinya.
Kembali ke kasus, dilanjutkan Cirrus, berkas Gayus pun dilimpahkan ke pengadilan. “Jaksa lalu mengajukan tuntutan 1 tahun dan masa percobaan 1 tahun,” lengkap jaksa penuntut umum Antasari itu. Namun, anehnya penggelapan ini tidak ada pihak pengadunya, pasalnya perusahaan ini telah tutup. Sangkaan inilah yang kemudian maju kepersidangan Pengadilan Negeri Tangerang. Hasilnya, Gayus divonis bebas. “Di Pengadilan Negeri Tangerang, Gayus tidak terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana penggelapan. Tapi kami akan ajukan kasasi,” tandas Cirrus.

1 komentar: