Laporan Keuangan
adalah beberapa lembar kertas dengan angka-angka yang tertulis di atasanya,
tetapi penting juga untuk memikirkan aset-aset nyata yang mendasari angka-angka
tersebut (Bringham). Laporan keuangan, melaporkan prestasi historis dari suatu
perusahaan dan memberikan dasar, bersama dengan analisis bisnis dan ekonomi,
untuk membuat proyeksi dan peramalan untuk masa depan.
LAPORAN KEUANGAN
DAN LAPORAN-LAPORAN LAINNYA
Dari bermacam-macam laporan yang diterbitkan
perusahaan untuk para pemegang sahamnya, laporan tahunan mungkin yang paling
penting. Dua jenis informasi yang
diberikan dalam laporan ini adalah yang pertama yaitu bagian verbal, sering
kali disajikan sebagai surat dari dirut yang menguraikan hasil operasi
perusahaan selama tahun lalu dan membahas perkembangan baru yang akaan
memengaruhi operasi perusahaan di masa datang. Kedua, laporan tahunan menyajikan empat laporan
keuangan dasar. Yaitu, neraca, laporan laba rugi, laporaan laba ditahan,
laporan arus kas.
Materi kuantitatif dan verbal adalah sama pentingnya.
Laporan keuangan melaporkan apa yang sebenarnya telah terjadi pada aset, laba,
dan dividen selama beberapa tahun terakhir. Sedangkan laporan verbal bermaksud
menjelaskan mengapa keadaan seperti itu terjadi.
Dalam setiap
peristiwa informasi yang dikandung dalam sebuah
laporan tahunan akan digunakan oleh para investor untuk membantunya
membuat ekspektasi tentang laba dan deviden di masa mendatang
NERACA
Sebuah laporan tetang posisi keuangan perusahaan
pada suatu titik waktu tertentu. Sisi sebelah kiri neraca menunjukan aktiva
perusahaan, sisi sebelah kanan menujukan kewajiban dan ekuitas, atau klaim
terhadap aktiva-aktivanya. Aktiva disusun menurut urutan “likuiditasnya” atau
jumlah waktu umumnya dibutuhkan untuk mengubahnya menjadi uang kas. Klaim disusun menurut urutan kapan klaim
tersbut harus dibayar.
Beberapa hal tambahan tentang neraca yang layak
dicatat :
1.
Kas
vs Aktiva
Lain-Lain
Meskipun aktiva
seluruhnya dalam bentuk dolar akan tetapi hanya kas yang mencerminkan uang yang
nyata.
Piutang adalah tagihan-tagihan
pihak lain yang berhutang pada perusahaan.
Persediaan menunjukkan
jumlah dolar yang diinvestasikan perusahaan dalam bahan baku, barang dalam
proses, dan barang jadi yang tersedia untuk dijual. Kemudiahn pabrik dan
peralatan bersih mencrminkan jumlah uang yang dibayarkan oleh perusahaan untuk
aktiva-aktiva tetapnya ketika membeli aktiva tersebut di masa lalu, dikurangi
akumulasi depresiasi. Aktiva non kas seharusnya pada akhiranya menghasilkan
kas, tetapi tidak mencerminkan kas yang tersedia, dan jumlah kas yang akan
diberikan jika aktiva tersebut dijual saat ini dapat memiliki nilai yang lebih
tinggi atau lebih rendah daripada nilai yang tercatat dalam buku.
2.
Kewajiban
vs Ekuitas
Pemegang Saham
Klaim terhadap
aktiva terdiri atas dua jenis kewajiban (sejumlah uang yang menjadi utang
perusahaan) dan posisi kepemilikan saham. Ekuitas pemegang saham biasa (common
stock holder equity) atau nilai kekayaan bersih (network), adalah nilai sisa. Ekuitas pemegang saham
biasa adalah modal yang diberikan oleh pemegang saham biasa- saham biasa, modal
disetor, laba ditahan dan kadang-kadang, cadangan tertentu. Ekuitas total
adalah ekuitas biasa plus referen.
3.
Saham
Preferen vs Saham Biasa
Saham preferen
adalah suatu hibrida, atau persilangan antara saham biasa dan hutang.
4.
Perincian
Akun-Akun Ekuitas Biasa
Bagian ekuitas
dibagi manjadi dua akun yaitu saham biasa dan laba ditahan. Akun laba ditahan
atau saldo laba akan meningkat seiring dengan waktu ketika perusahaan
“menabung” sebagian keuntungannya daripada membayarkannya sebagai deviden. Laba
ditahan adalah bagian dari keuntungan perusahaan yang disimpan daripada
dibayarkan sebagai deviden.
5.
Akuntansi
Persediaan
Akuntansi
persediaan menggunakan 2 metode yaitu : FIFO (first in first out) dan LIFO
(last in first out).
6.
Metode
Depresiasi
Kebanyakan
perusahaan menyiapkan 2 set laporan keuangan yaitu untuk tujuan perpajakan dan
pelaporan terhadap pemegang saham.
7.
Dimensi
Waktu
Neraca dapat dijelaskan
sebagai suatu potret dari posisi keuangan perusahaan pada suatu titik waktu
tertentu.
LAPORAN
LABA-RUGI
Laporan Laba
Rugi adalah laporan yang mengikhtisarkan
pendapatan dan pengeluaran perusahaan selama 1 periode akuntansi, yang biasanya
setiap 1 kuartal atau 1 tahun. Pada laporan laba rugi dapat dilihat bahwa
depresiasi dan amortisasi merupakan komponen penting dari total biaya
operasional. Depresiasi adalah
pembebanan tahunan terhadap laba yang mencerminkan estimasi biaya dari
peralatan modal yang digunakan dalam proses produksi. Depresiasi adalah penyusutan aktiva berwujud sedangkan amortisasi adalah penyusutan aktiva
tidak berwujud.
LAPORAN LABA
DITAHAN
Laporan Laba
Ditahan adalah pernyataan yang melaporkan
berapa banyak laba perusahaan yang ditahan dalam usahanya dan tidak dibayarkan
kedevidennya. Jadi, laba ditahan seperti yang dilaporkan pada neraca tidak
benar-benar mencerminkan kas dan tidak tersedia untuk pembayaran deviden atau
apapun.
ARUS KAS BERSIH
Arus kas bersih
adalah arus kas aktual yang dihasilkan oleh perusahaan selama 1 periode
tertentu. Arus kas penting karena deviden harus dibayarkan secara tunai dan karena
kas diperlukan untuk membeli aktiva yang dibutuhkan untuk melanjutkan operasi.
Suatu arus kas bersih berbeda dari laba akuntansi (laba bersih perusahaan
seperti yang dilaporkan pada laporan laba ruginya) hubungan antara arus kas
bersih dan laba bersih dinyatakan sebagai berikut :
Arus Kas Bersih = Laba
Bersih – Pendapatan Nonkas + Beban Nonkas (*ex. Pajak Tangguhan)
Umumnya, depresiasi dan amortisasi sering kali
adalah pos nonkas terbesar, dan dikebanyakan kasus pos-pos nonkas yang lainnya
secara kasar akan saling menghilangkan menjadi nol. Untuk alasan ini,
kebanyakan analis berasumsi bahwa :
Arus
Kas Bersih = Laba Bersih + Depresiasi dan Amortisasi
Depresiasi
adalah suatu beban nonkas, sehingga harus ditambahkan kembali kelaba bersih
untuk mendapatkan arus kas bersih.
LAPORAN ARUS KAS
Faktor yang akan mempengaruhi posisi kas perusahaan
dan dilaporkan pada neraca adalah
1.
Arus
kas
Jika hal-hal
lain dianggap konstan, arus kas positif akan mengarah pada lebih banyak kas di
dalam bank.
2.
Perubahan
dalam modal kerja
Modal bersih
didevinisikan sebagai aktiva lancar – kewajiban lancar.
3.
Aktiva
tetap
Jika sebuah
perusahaan berinvestasi pada aktiva tetap hal ini akan mengurangi posisi
kasnya. Di sisi lain, penjualan dari aktiva tetap akan meningkatkan kas.
4.
Transaksi
sekuritas dan pembayaran deviden
Jika sebuah
perusahaan menerbitkana saham atau obligasi selama tahun berjalan dana yang
dikumpulakan akan meningkatkan posisi kasnya. Di sisi lain, jika perusahaan
menggunakan kasnya untuk membeli kembali utang atau ekuitas yang masih beredar,
atau membayar deviden kepada sahamnya hal ini akan menurun kas.
Laporan arus kas memisahkan aktivitas-aktivitas
menjadi 3 kategori :
1. Aktivitas operasi,
meliputi laba bersih, depresiasi, dan perubahan dalam aktiva lancar dan
kewajiban lancar di luar kas dan utang jangka pendek.
2. Aktivitas investasi,
meliputi investasi atau penjualan aktiva tetap.
3. Aktivitas pendanaan,
meliputi kas yang dihimpun selama tahun berjalan dengan menerbitkan utang
jangka pendek, jangka panjang, atau saham.
MEMODIFIKASI
DATA AKUNTANSI UNTUK PENGAMBILAN KEPUTUSAN MANAJERIAL
Aktiva Operasi
dan Modal Operasi
Untuk menilai
kinerja manajerial kita perlu untuk membandingkan kemampuan para manager dalam
mengahasilkan laba operasi (atau EBIT) dengan aktiva operasi yang ada berada di
bawah kendali mereka.
Langkah pertama
dalam memodifikasi kerangka kerja akuntansi tradisional adalah dengan membagi
total aktiva menjadi 2 kategori yaitu : Aktiva
operasi adalah kas dan sekuritas, piutang, persediaan, dan aktiva tetap
yang dibutuhkan untuk mengoperasikan bisnis. Aktiva non operasi adalah kas dan sekuritas di atas tingkat yang
dibutuhkan untuk operasi normal, investasi di anak perusahaan, tanah yang
dimiliki untuk penggunaan di masa mendatang, dan aktivasa tidak penting
lainnya. Langkah selanjutnya aktiva operasi dibagi lagi menjadi modal kerja dan
aktiva tetap seperti pabrik dan peralatan. Aktiva lancar yang digunakan dalam operasi
disebut sebagai modal kerja operasi.
Modal kerja operasi bersih merupakan
seluruh aktiva lancar yang dikurangi seluruh kewajiban yang tidak dikenakan
bunga.
Laba Operasi
Bisni Setelah Pajak (NOPAT)
NOPAT=EBIT
(1-Tarif Pajak)
Arus Kas Bebas
(FCF)
Arus kas yang
benar-benar tersedia untuk didistribusikan kepada seluruh infestor setelah perusahaan
menempatkan seluruh investasinya pada aktiva tetap, produk-produk baru, dan
modal kerja yang dibutuhkan untuk memertahankan operasi yang sedang berjalan.
Menghitung Arus
Kas Bebas
FCF=Arus Kas Operasi – Infestasi Bruto
pada Modal Operasi
รณ
FCF=NOPAT – Investasi Bersih pada Modal
Operasi
MVA dan EVA
Dua ukuran
kinerja yang dikembangkan oleh analisis keuangan adalah;
Nilai Tambah
Pasar (MVA)
Perbedaan antara nilai pasar saham perusahaan dengan
jumlah ekuitas modal investor yang telah diberikan.
MVA= Nilai pasar dari Saham – Ekuitas
modal yang diberikan oleh pemegang saham
=
(saham beredar)(Harga saham) – Total ekuitas saham biasa
Nilai Tambah
Ekonomi (EVA)
Nilai yang ditambakan oleh manajemen pada pemegang
saham selama satu tahun tertentu.
EVA = NOPAT – Biaya modal
operasi setelah pajak dalam dolar
=
EBIT (1 – T) – [(Total modal operasi yang diberikan oleh investor) x
(presentase
biaya modal setelah pajak)]
SISTEM PAJAK PENGHASILAN FEDERAL
Pajak
Penghasilan Perusahaan
Struktur pajak
perusahaan adalah bersifat progresif di mana tarif yang lebih tinggi akan
dikenakan untuk perusahaan-perusahaan dengan laba yang lebih tinggi.
Pajak
Penghasilan Perorangan
Perseorangan
juga dikenakan pajak atas penghasilan kena pajak oleh pemerintah federal dengan
tarif yang dimulai dari 10 persen dan naik hingga 38,6% untuk penghasilan
sebesar $307.050 atau lebih tinggi.
Bunga yang
Dibayarkan
Bagi sebuah
perusahaan bisnis, pembayaran bunga dapat dianggap sebagai suatu pengeluaran,
dan dapat dikurangi ketika memerhitungkan penghasilan kena pajak.
Bunga yang
Diterima
Kebanyakan bunga
yang diterima, baik oleh bisnis maupun individual, adalah penghasilan kena
pajak, dan karenannya menjadi subjek dari pajak penghasilan. Pengecualian
penting adalah bahwa bunga dari kebanyaakn utang negara bagian dan pemerintah
dibebaskan dari pajak-pajak federal.
Dividen yang
Dibayarkan
Perusahaan
memebayarkan bunga dari penghasilan sebelum pajak, tetapi membayarkan dividen
dari penghasilan setelah pajak.
Deviden yang
Diterima
Perusahaan yang
menerima pendapatan dividen dapat mengecualikan beberapa pendapatan tersebur
dari pajak penghasilan. Ketentuan ini diatur dalam peraaturan pajaak untuk
meminimalkan jumlah pengenaan pajak tiga
kali yang mungkin terjadi – sebuah perusahaan akan membayarkan dividen dari
laba setelah pajaknya, perusahaan kedua akan dikenakan pajak lagi, dan orang
yang menerima dividen dari perusahaan kedua juga dikenai pajak.
Kerugian Pajak
yang Dibebankan ke Belakang atau Dibebankan ke Depan
Laba perusahaan
sering kali mengalami fluktuasi dari tahun ke tahun, sehingga di tahun
perusahaan dapat dikenakan tarif sebesar 40 persen dan ternyata kemungkinan di
tahun berikutnya mengalami kerugian besar, sehingga mengakibatkan perusahaan
tidak perlu membayarkan pajak.
Keuntungan Modal
Keuntungan modal
secaraa umu dapat didefiniskan sebagai keuntungan dari penjualan aktiva yang
secara normal tidak dibeli dan dijual dalam operasi bisnis perusahaan.
Depresiasi
Deprisiasi garis
lurus dapat didefinisikan apabila sebuah perusahaan akan mengestimsaikan
kemungkinan tahun penggunaan secara aktual, membagi biaya dengan jumlah tahun,
dan membebankan nilai yang diperhitungkan sebagai biaya dalam laporan laba rugi
setiap tahunnya.
Usaha-usaha
Kecil
Jika sebuah bisnis dioperasikan sebagai kepemilikan
perseorangan atau persekutuan, maka labanya akan dialokasikan kepada para
pemiliknya sesuai dengan proporsi dari masing-masing kepemilikannya.
Kecurangan
Akuntansi
KASUS
DI AMERIKA (KASUS COSO)
Kronologi
kejadian S&Ls
·
1932: UU Bank Pinjaman Rumah Federal (Federal Home Loan Bank Act)
mendirikan Federal Home Loan Bank Board (FHLBB)
·
1933: UU Kepemilikan rumah (Home Owner’s Act), mendorong kepemilikan
rumah melalui dana hipotik yang ditawarkan oleh asosiasi Savings & Loans
(S&L) yang diatur oleh FHLBB
·
1934: UU Perumahan Nasional (National Housing Act) membuat perusahaan
asuransi FSLIC (Federal Savings and Loans Insurance Corporation) untuk
mengasuransikan deposito/ tabungan di institusi S&L
·
1960s: Kongres Menerapkan Regulation Q kepada industri S&L untuk
menetapkan batasan tingkat bunga yang dapat dibayarkan S&L kepada para
depositornya.
·
1970s: Kongres mengatur kembali tentang tingkat bunga S&L dan
meliberalkan peraturan yang mengatur tentang di sektor apa saja S&L dapat
berinvestasi
·
November 1980: Kongres memperbolehkan beberapa S&L untuk menaruh/
menginvestasikan uangnya pada sektor pengembangan properti dan
aktivitas-aktivitas beresiko lainnya
·
September 1981: FHLBB memperkenalkan berbagai aturan dan perubahan
akuntansi untuk membuat kondisi keuangan S&L kelihatan lebih baik, termasuk
membiarkan penundaan kerugian penjualan aset sampai dengan periode sepuluh
tahun, dan penerbitan sertifikat modal yang secara palsu/ semu meningkatkan
kapitalisasi.
·
Juli 1982: FHLBB memperbolehkan S&L untuk mengamortisasi
“supervisory goodwill” selama periode s.d. 40 tahun. Naik dari batasan aslinya
selama 10 tahun
·
1984: S&Ls mulai kolaps
·
1992 COSO menyusun dan menerbitkan Internal Control-Integrated
Framework yang terdiri dari 5 komponen (lingkungan pengendalian, penilaian
resiko, aktivitas pengendalian, informasi dan
komunikasi ,serta monitoring).
·
1994 Framework tersebut diamandemen sehingga ruang lingkupnya lebih
luas, mencakup management report on internal control.
·
2000-an skandal (kecurangan) dan kegagalan bisnis kelas atas kembali
terkuak yang melibatkan perusahaan-perusahaan besar
seperti Enron
(Kecurangannya berupa menyatakan terlalu rendah/ understating liability atau
expense)
·
2001, ketika terungkapkan bahwa kondisi keuangan yang dilaporkannya
didukung terutama oleh penipuan akuntansi yang sistematis, terlembaga, dan
direncanakan secara kreatif.
·
2002, skandal akuntansi membawa Peregrine kedalam kebangkrutan dan
menghasilkan tuduhan/ dakwaan kriminal untuk 11 manajer senior.
·
2003, Peregrine didakwa telah melakukan kecurangan besar-besaran
(massive fraud) oleh SEC dengan cara memalsukan penjualan dan meningkatkan
penjualan, kemudian menutup skema dengan menyembunyikan kerugian sebagai “biaya
goodwill terkait dengan akuisisi”.
KASUS
DI INDONESIA (GAYUS TAMBUNAN)
Tudingan adanya
praktek mafia hukum di tubuh Polri dalam penanganan kasus money laundring oknum
pegawai pajak bernama Gayus Halomoan Tambunan semakin melebar. Tak hanya Polri
dan para penyidiknya, Kejaksaan Agung dan tim jaksa peneliti pun turut gerah
dengan tudingan Susno Duadji yang mulai merembet ke mereka. Mereka (tim jaksa
peneliti) pun bersuara mengungkap kronologis penanganan kasus Gayus, berikut
adalah kronologis versi tim peneliti kejaksaan agung.
Kasus bermula
dari kecurigaan Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK)
terhadap rekening milik Gayus di Bank Panin. Polri, diungkapkan Cirrus Sinaga,
seorang dari empat tim jaksa peneliti, lantas melakukan penyelidikan terhadap
kasus ini. Tanggal 7 Oktober 2009 penyidik Bareskrim Mabes Polri menetapkan
Gayus sebagai tersangka dengan mengirimkan Surat Pemberitahuan Dimulainya
Penyidikan (SPDP). Dalam berkas yang dikirimkan penyidik Polri, Gayus dijerat
dengan tiga pasal berlapis yakni pasal korupsi, pencucian uang, dan
penggelapan. “Karena Gayus seorang pegawai negeri dan memiliki dana Rp. 25
miliar di Bank Panin. Kok bisa pegawai negeri yang hanya golongan III A punya
uang sebanyak itu,” kata Cirrus mengungkap alasan mengapa awalnya Gayus dijerat
tiga pasal berlapis.
Seiring hasil
penelitian jaksa, hanya terdapat satu pasal yang terbukti terindikasi kejahatan
dan dapat dilimpahkan ke Pengadilan, yaitu penggelapannya. Itu pun tidak
terkait dengan uang senilai Rp.25 milliar yang diributkan PPATK dan Polri itu.
Untuk korupsinya, terkait dana Rp.25 milliar itu tidak dapat dibuktikan sebab
dalam penelitian ternyata uang sebesar itu merupakan produk perjanjian Gayus
dengan Andi Kosasih. Pengusaha garmen asal Batam ini mengaku pemilik uang
senilai hampir Rp.25 miliar di rekening Bank Panin milik Gayus.
“Ada perjanjian
tertulis antara terdakwa dan Andi Kosasih. Ditandatangani 25 Mei 2008,” kata
dia. Menurut Cirrus keduanya awalnya berkenalan di pesawat. Kemudian keduanya
berteman karena sama-sama besar, tinggal dan lahir di di Jakarta Utama. Karena
pertemanan keduanya, Andi lalu meminta gayus untuk mencarikan tanah dua hektar
guna membangun ruko di kawasan Jakarta Utara.
Biaya yang
dibutuhkan untuk pengadaan tanah tersebut sebesar US$ 6 juta. Namun Andi,
dikatakan Cirus baru menyerahkan uang sebesar US$ 2.810.000. Andi menyerahkan
uang tersebut kepada Gayus melalui transaksi tunai di rumah orang tua istri
Gayus lengkap dengan kwitansinya, sebanyak enam kali yaitu pada pada 1 juni
2008 sebesar US$ 900.000 US dolar, kemudian 15 September 2008 sebesar US$
650.000, 27 Oktober 2008 sebesar US$ 260.000, lalu pada 10 November 2008
sebesar US$ 200.000, 10 Desember 2008 sebesar US$ 500.000, dan terakhir pada 16
Februari 2009 sebesar US$ 300.000.
“Andi
menyerahkan uang karena dia percaya dengan Gayus. Dalam bisnis hanya diperlukan
kepercayaan,” kilah Cirrus menanggapi mengapa Andi dapat menyerahkan uang
sebanyak itu kepada Gayus. Sementara untuk money laundringnya, dikatakan Cirrus
itu hanya tetap menjadi dugaan sebab Pusat pelaporan analisis dan transaksi keuangan
(PPATK) sama sekali tidak dapat membuktikan uang senilai Rp 25 milliar itu
merupakan uang hasil kejahatan pencucian uang (money laundring).
PPATK sendiri
telah dihadirkan dalam kasus itu sebagai saksi. “Jadi waktu itu hanya dikatakan
ada dugaan melawan kepemilikan, uang itu pidana. Dalam proses perkara itu,
PPATK tidak bisa membuktikan transfer rekening yang yang diduga tindak pidana,”
ujarnya.
Dari
perkembangan proses penyidikan kasus tersebut, dikatakannya, ditemukan juga
adanya aliran dana senilai Rp 370 juta di rekening lainnya di bank BCA milik
Gayus. Uang itu diketahui berasal dari dua transaksi dari PT.Mega Cipta Jaya
Garmindo. PT. Mega Cipta Jaya Garmindo dimiliki oleh pengusaha Korea, Mr. Son
dan bergerak di bidang garmen. Transaksi dilakukan dalam dua tahap yaitu pada 1
September 2007 sebesar Rp 170 juta dan 2 Agustus 2008 sebesar Rp 200 juta.
Setelah diteliti
dan disidik, uang itu diketahui bukan merupakan korupsi dan money laundring
juga. “Bukan korupsi, bukan money laundering, tapi penggelapan pajak murni. Itu
uang untuk membantu pengurusan pajak pendirian pabrik garmen di Sukabumi. Tapi
setelah dicek, pemiliknya Mr Son, warga Korea, tidak tahu berada di mana. Tapi
uang masuk ke rekening Gayus. Tapi ternyata dia nggak urus (pajaknya). Uang itu
tidak digunakan dan dikembalikan, jadi hanya diam di rekening Gayus,” jelas
Cirrus. Berkas
P-19 dengan petujuk jaksa untuk memblokir dan kemudian menyita uang senilai Rp
370 juta itu. Dalam petunjuknya itu, jaksa peneliti juga meminta penyidik Polri
menguraikan di berkas acara pemeriksaan (BAP) keterangan itu beserta keterangan
tersangka (Gayus T Tambunan).
“Kapan diberikan
uang itu,” ujarnya. Dugaan penggelapan yang dilakukan Gayus itu, diungkapkan
Cirrus terpisah dan berbeda dasar penanganannya dengan penanganan kasus money
laundring, penggelapan dan korupsi senilai Rp 25 milliar yang semula dituduhkan
kepada Gayus. Cirrus dan jaksa peneliti lain tidak menyinggung soal Rp 25
milliar lainnya dari transaksi Roberto Santonius, yang merupakan seorang konsultan
pajak. Kejaksaan pun tak menyinggung apakah mereka pernah memerintahkan
penyidik Polri untuk memblokir dan menyita uang dari Roberto ke rekening Gayus
senilai Rp 25 juta itu.
Sebelumnya,
penyidik Polri melalui AKBP Margiani, dalam keterangan persnya mengungkapkan
jaksa peneliti dalam petunjuknya (P-19) berkas Gayus memerintahkan penyidik
untuk menyita besaran tiga transaksi mencurigakan di rekening Gayus. Adapun
tiga transaksi itu diketahui berasal dari dua pihak, yaitu Roberto Santonius
dan PT. Mega Jaya Citra Termindo. Transaksi yang berasal dari Roberto, yang
diketahui sebagai konsultan pajak bernilai Rp 25 juta, sedangkan dari PT. Mega
Jaya Citra Termindo senilai Rp 370 juta. Transaksi itu terjadi pada 18 Maret,
16 Juni, dan 14 Agustus 2009. Uang senilai Rp 395 juta itu disita berdasarkan
petunjuk dari jaksa peneliti kasus itu. Penanganan kasus Gayus sendiri bermula
ketika PPATK menemukan adanya transaksi mencurigakan pada rekening Gayus T
Tambunan. PPATK pun meminta Polri menelusurinya.
Kembali ke kasus, dilanjutkan Cirrus, berkas Gayus
pun dilimpahkan ke pengadilan. “Jaksa lalu mengajukan tuntutan 1 tahun dan masa
percobaan 1 tahun,” lengkap jaksa penuntut umum Antasari itu. Namun, anehnya
penggelapan ini tidak ada pihak pengadunya, pasalnya perusahaan ini telah
tutup. Sangkaan inilah yang kemudian maju kepersidangan Pengadilan Negeri
Tangerang. Hasilnya, Gayus divonis bebas. “Di Pengadilan Negeri Tangerang,
Gayus tidak terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana
penggelapan. Tapi kami akan ajukan kasasi,” tandas Cirrus.
arus kas setelah pajak itu apa ya...
BalasHapus